Minggu, 12 Januari 2020

ARTIFICIAL INTELLIGENCE





A.  Sejarah Artificial Intellegence (AI)

Kecerdasan buatan termasuk bidang ilmu yang relatif muda. Pada tahun 1950-an para ilmuwan dan peneliti mulai memikirkan bagaimana caranya agar mesin dapat melakukan pekerjaannya seperti yang bisa dikerjakan oleh manusia. Alan turing, seorang matematikawan inggris pertama kali mengusulkan adanya tes untuk melihat bisa tidaknya sebuah mesin dikatakan cerdas. Hasil tes tersebut dikenal dengan Turing test, dimana si mesin tersebut menyamar seolah-olah sebagai seseorang di dalam suatu permainan yang mampu memberikan respon terhadap serangkaian pertanyaan yang diajukan. Turing beranggapan bahwa, jika mesin dapat membuat seseorang percaya bahwa dirinya mampu berkomunikasi dengan orang lain, maka dapat dikatakan bahwa mesin tersebut cerdas (seperti layaknya manusia). Alan turing juga melakukan percobaan lainnya yaitu Turing melakukan percobaan ini pada saat berpikir bahwa komputer yang bisa berpikir seperti otak manusia bisa hadir dalam kurun waktu 50 tahun lagi. Ilmu-ilmu baru bermunculan dengan tujuan menghasilkan mesin-mesin cerdas inilah yang kemudian kita kenal sebagai Artificial Intelegence (kecerdasan buatan).



Kecerdasan buatan sendiri dimunculkan oleh seorang profesor dari Massachusetts institute of Technology yang bernama John McCarthy pada tahun 1965 pada Dartmouth Conference yang dihadiri oleh para peneliti AI. Pada konferensi tersebut juga didefinisikan tujuan utama dari kecerdasan buatan, yaitu : mengetahui dan memodelkan proses-proses berfikir manusia dan  mendesain mesin agar dapat menirukan kelakuan manusia tersebut. Beberapa program AI yang mulai dibuat pada tahun 1956-1966, antara lain:
- Logic Theorist, diperkenalkan pada Dartmouth Conference, program ini dapat membuktikan teorema-teorema matematika
- Sad Sam, diprogram oleh Robert K. Lindsay (1960). Program ini dapat mengetahui kalimat-kalimat sederhana yang ditulis dalam bahasa inggris dan mampu memberikan jawaban dari fakta-       fakta yang didengar dalam sebuah percakapan.
- ELIZA, diprogram oleh Joseph Weinzenbaum (1967). Program ini mampu melakukan terapi       terhadap pasien dengan memberikan beberapa pertanyaan.


B. Hubungan AI dan Kognisi Manusia (Sebagai Mesin Berpikir)


Kecerdasan memang terlihat dalam setiap bentuk aktivitas manusia kemampuan untuk beradaptasi, memelajari keterampilan baru, membentuk hubungan yang kompleks dan bermasyarakat. Kita bisa mengatakan bahwa aspek-aspek dalam hidup dan perilaku ini dapat dipakai untuk melengkapi fakta bahwa kita sadar (conscious). Sayangnya tidak ada kesepakatan eksak tentang apa itu kesadaran (consciousness).  Kebanyakan dari kita menerjemahkan kata kesadaran ini dalam format yang lebih familiar  dengan kata kognisi (cognition), yaitu sejenis kesadaran tentang diri, tentang interaksi dengan dunia luar, tentang bagaimana proses berpikir terjadi dan kemampuan kita untuk paling tidak   mengendalikan secara parsial proses-proses ini. Kita coba mengasosiasikan kognisi dengan emosi, pemikiran, hati nurani dan hal-hal mendalam dari diri kita. Yang jelas, kecerdasan tidak mungkin hadir tanpa adanya kesadaran ini. Kesadaran bisa dijadikan tanda hadirnya kecerdasan jika suatu mesin bisa menampilkan kualitas kecerdasan seperti manusia maka mesin itu dikatakan memiliki conscious.


C. AI dan Sistem Pakar



i. Hubungan AI dan Sistem Pakar

Sistem Pakar merupakan suatu metode Artificial Intelligence yang berguna untuk meniru cara berpikir dan penalaran seorang ahli dalam mengambil keputusan berdasarkan situasi yang ada.

Sistem Pakar merupakan paket perangkat lunak atau paket program komputer yang disediakan sebagai media penasehat atau membantu dalam memecahkan masalah masalah di bidang-bidang tertentu seperti sains, pendidikan, kesehatan, perekayasaan matematika, dan sebagainya. Sebuah system pakar dapat memproses sejumlah besar informasi yang diketahui dan menyediakan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan pada informasi-informasi. Sistem Pakar bertujuan untuk membuat keputusan yang lebih cepatdaripada pakar. Dengan adanya system pakar ini, pihak manajemen memperoleh keuntungan mendapatkan pakar tanpa pakar tersebut berada di tempat. Sistem Pakar ini dapat sama atau bahkan dapat melebihi kepakaran manusia, setidaknya dalam konsistensi.

ii. Implementasi dari Sistem Pakar

·     Eliza



Program yang dipublikasikan oleh Joseph Weizenbaum pada tahun 1966, yang dapat mengelabui pengguna hingga mempercayai bahwa mereka sedang bercakap-cakap dengan manusia nyata. Tujuan dari pembuatan program ini adalah untuk meniru pembicaraan antara seorang psikolog dan pasiennya, dalam hal ini, Eliza berperan sebagai psikoterapis dan memberikan saran dan nasihat tentang masalah penggunanya. Kunci metode operasional Eliza melibatkan rekognisi dari isyarat kata-kata atau kalimat input, dan output berupa tanggapan yang telah dipersiapkan atau diprogram, yang dapat meneruskan percakapan dengan suatu cara sehingga tampak bermakna.

·     Parry




Parry dibuat pada tahun 1972 oleh psikiatris Kenneth Colby ketika di Universitas Stanford. Parry bertujuan untuk merefleksikan pikiran pasien dengan mental paranoid yang serius. Program ini menjalankan model mentahan dari prilaku schizophrenia paranoid berdasarkan konsep, konseptualisasi dan kepercayaan (penilaian tentang konseptualisasi : penerimaan, penolakan, dan netral). Ini juga menggunakan strategi percakapan, lebih serius dan merupakan program lanjutan dari Eliza.

·     NetTalk



NetTalk merupakan hasil penelitian Terrence Sejnowski dan Charles Rosenberg pada pertengahan 1980 mengenai jaringan saraf tiruan. NetTalk adalah sebuah program yang berdasarkan pada jaring-jaring neuron dengan membaca tulisan dan mengucapkannya keras-keras. NetTalk membaca keras-keras dengan cara mengkonversi tulisan menjadi fonem-fonem, unit dasar dari suara sebuah bahasa. Hal ini mengungkapkan bahwa belajar membaca melibatkan mekanisme kompleks yang banyak melibatkan bagian dari otak manusia. Sistem ini memiliki tiga lapisan yaitu: lapisan input (setiap unit merespon tulisan), lapisan output (unit menampilkan ke 55 fonem dalam bahasa inggris) dan lapisan unit tersembunyi (setiap unit ditambahkan koneksinya pada setiap input maupun output).


D. Penggunaan AI sebagai expert system yang dapat digunakan untuk mendukung system pengambilan keputusan

 Contoh kasus yang baru saja terjadi yaitu pemerkosaan yang dilakukan oleh seorang laki-laki asal Indonesia di Inggris bisa saja diketahui penyebabnya dengan menganalisa gejala dan kejadian-kejadian didalam hidupnya yang kemudian dikaitkan dengan buku panduan gangguan psikologis yang telah diintegrasikan dengan system pakar dalam sebuah program. Implementasi AI dalam bidang psikologi memungkinka diagnose dalam waktu singkat serta pemberian saran dalam perawatan pelaku. Yang terpenting adalah masuknya AI ke dalam ranah psikologi bukan menjadi sebuah hal yang harus dikhawatirkan karena AI muncul bukan sebagai pengganti manusia sebagai konsultan melainkan alat bantu dalam mendapatkan hasil akhir yang efektif dan efisien.


Daftar Pustaka

Al Fatta, Hanif. (2009). Rekayasa Sistem Pengenalan Wajah. Yogyakarta: Andi


Kusrini. (2006). Sistem pakar teori dan aplikasi. Yogyakarta: C.V Andi Offset

Rosnelly, R. (2012). Sistem pakar konsep dan teori. Yogyakarta: CV Andi Offset



Video Artifical Intelligent :


    Penerapan AI di Indonesia :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar